JAKARTA, Goinfo.id — Setelah sebelumnya mendukung penuh keputusan pemerintah melarang segala bentuk dan aktivitas Front Pembela Islam (FPI), Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah kini meminta pemerintah menjadikan momentum pelarangan ormas Islam garis keras itu untuk lebih merangkul dan mendukung secara optimal ormas-ormas keagamaan yang selama ini moderat dan terbukti loyal mendukung persatuan dan kesatuan bangsa. Dia berpendapat Negara menjadi baik ketika pemerintah dan kalangan civil society saling bahu-membahu menjaga kohesi masyarakat yang majemuk.
‘’Tujuan dari didirikannya ormas-ormas keagamaan sangat jelas, yakni hendak merawat ketakwaan semua elemen bangsa ini kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar bangsa kita terus menjadi bangsa religius seperti yang diharapkan para pendiri bangsa. Harapan itu jelas terekam dalam filosofi Pancasila seperti yang disampaikan Bung Karno dalam Pidato 1 Juni 1945, yakni membentuk bangsa yang nasionalis religius,’’ jelas Ahmad Basarah, Minggu (2/1/2020).
Berdasarkan filosofi yang ditegaskan oleh proklamator bangsa itu, Ahmad Basarah menilai negara menjadi wajib untuk mendorong dan memfasilitasi warga negaranya dalam rangka meningkatkan ketakwaan mereka sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Pemerintah yang berkuasa, siapa pun yang menjadi pemimpin pemerintahan itu, tak punya alasan lain untuk tidak merawat, mengayomi, dan mendukung ormas-ormas keagamaan baik secara moril apalagi materiil, jika terbukti semua ormas itu mendukung kemajuan bangsa untuk mencapai tujuan nasionalnya.
‘’Namun peningkatan ketakwaan umat beragama yang dilakukan ormas-ornas itu hendaknya tidak disalahgunakan untuk tujuan merongrong kewibawaan negara, termasuk untuk melawan pemerintahan yang sah, siapa pun yang jadi presiden negeri ini. Jika kesepakatan ini dilaksanakan dengan baik dan kedewasaan penuh dalam berbangsa dan bernegara, saya yakin Indonesia akan segera menjadi negara maju,’’ jelas salah satu pendiri Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) itu.
Untuk itu, Ahmad Basarah memberi apresiasi yang sebesar-besarnya kepada banyak ormas keagamaan Islam seperti Nahdhatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Ittihadiyyah, Perti, Matlaul Anwar dan lain-lain termasuk ormas keagamaan di luar Islam seperti Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi), Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) dan lainnya karena selama ini semua ormas itu terbukti konsisten membina ketakwaan umat masing-masing sekaligus mengajarkan kesetiaan kepada Pancasila dan NKRI.
‘’Ketakwaan dalam beragama itu, agama apa pun, adalah keharusan karena ketakwaan identik dengan menjaga keseimbangan alam di mana negara dan masyarakat ada di dalamnya. Inilah yang pernah ditunjukkan oleh KH Hasyim Asy’ari ketika mengeluarkan fatwa “hubbul wathan minal iman” atau mencintai dan membela negara adalah bagian dari keimanan seseorang, ketika Republik Indonesia yang baru seumur jagung tengah terancam oleh gempuran tantara sekutu di awal kemerdekaan,’’ jelas Wakil Ketua Lazisnu PBNU itu.
Berangkat dari kenyataan sejarah tadi, Dosen Tetap Pascasarjana Universitas Islam Malang itu berpendapat sebaliknya jika ada ormas dari kalangan agama apa pun terindikasi kuat ingin merongrong persatuan bangsa dan keutuhan negara, masyarakat bisa menilai ormas itu jelas tidak menjalani pesan-pesan agamanya dengan baik. ‘’Padahal, agama apa pun pasti mengajarkan umatnya melakukan kebaikan untuk kemajuan peradaban manusia, bukan memerintahkan pada kehancuran peradaban,’’ jelas Ahmad Basarah.
Ketua Dewan Pertimbangan Pusat GM FKPPI menambahkan, selama ini pemerintah jelas telah merangkul dan mengayomi semua ormas keagamaan tersebut di atas karena terbukti beragam aktivitas mereka menunjukan kesetiaannya pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ahmad Basarah mengaku tidak sedikit pun melihat mereka menjadikan isu-isu keagamaan sebagai alat berpolitik untuk merongrong kewibawaan negara dan menyerang pemerintah seperti yang dilakukan FPI.
‘’Dari fakta ini saja masyarakat mestinya bisa jernih menilai bahwa tak mungkin pemerintah memusuhi ormas keagamaan selama mereka berjalan lurus di atas rel-rel kebangsaan. Mari kita semua dewasa dalam memberi penilaian dan menyikapi perkembangan yang ada pasca pelarangan FPI,’’ jelas Ketua Fraksi PDI Perjuangan itu.
Ketua DPP PDI Perjuangan ini juga menilai, dari sejarah bisa dilihat bahwa organisasi kemasyarakatan dengan segala bentuknya hadir dan berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebelum Indonesia merdeka, ormas-ormas keagamaan menjadi wadah utama yang menghimpun kekuatan seluruh potensi anak bangsa untuk berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, seperti antara lain yang dilakukan Muhammadiyah sejak berdiri pada 1912 atau Nahdlatul Ulama sejak berdiri pada 1926.
“Ormas keagamaan itulah yang berhasil memadukan visi kebangsaan dengan ajaran agama. Ormas keagamaan tersebut menegaskan bahwa antara ajaran agama dan spirit kebangsaan compatible satu sama lain. Keduanya berada dalam satu tarikan nafas. Ormas keagamaan seperti itulah yang menjadi aset bagi bangsa dan negara,” tegas penulis buku ‘’Bung Karno, Islam dan Pancasila’’ itu.
Menurut Ahmad Basarah, agar ruh perjuangan yang pernah ditunjukkan ormas-ormas keagamaan itu terus menyala dan terjaga, peran dan perhatian pemerintah jelas sangat dibutuhkan. Negara harus hadir dalam membina, memberdayakan, serta mengawasi rekam jejak dan kegiatan organisasi massa. “Alat kelengkapan pemerintah sudah lengkap. Di Kementerian Dalam Negeri ada Dirjen Kesbangpol. Di ranah negara, program moderasi beragama telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024, yang tertuang dalam Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2020, yang pada intinya mengoptimalkan peran FKUB untuk membumikan moderasi beragama dalam masyarakat yang majemuk,” tegasnya.
Sumber: mpr.go.id